Minggu, 31 Januari 2016

Psikologi Kepribadian Viktor Frankl: Orang yang Mengatasi Diri



oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy*


“Pandangan Frankl tentang pencarian arti (meaning), berlawanan dengan ahli – ahli yang mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia ialah pemenuhan atau aktualisasi diri.

A.  Pendekatan terhadap Kepribadian
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan manuasia akan arti hidup. Frankl dalam hal ini juga memperkenalkan logotherapy. Logotherapy berasal dari bahasa Yunani logos yang diterjemahkan sebagai kata arti (meaning). Logotherapy berbicara tentang arti dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan meaning of life dan juga teknik – teknik teraupeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan.
Logotherapy awalnya merupakan metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehilangan arti hidup. Teori mengenai kodrat manusia dalam logotherapy dibangun atas tiga pokok. Pertama, kebebasan atas kemauan. Frankl mengemukakan bahwa meskipun ada kondisi-kondisi luar yang mempengaruhi kehidupan kita, namun kita bebas untuk memilih reaksi kita terhadap kondisi-kondisi tersebut. Kedua, kemauan akan arti. Kebutuhan kita yang terus-menerus mencari suatu arti memberi suatu maksud bagi eksistensi kita. Tanggung jawab kita adalah untuk menemukan dengan cara kita sendiri. Sehingga pada ujungnya kita akan mengerti pokok yang ketiga yaitu arti kehidupan.
Kekurangan arti dalam kehidupan, bagi Frankl merupakan suatu neurosis; dia menyebutnya sebagai noogenic neurosis. Noogenic neurosis merupakan keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan, dan hampa. Orang yang mengalami keadaan semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah hal yang lumrah pada zaman yang modern. Banyak di antara kita menderita kebosanan dan masa bodoh terhadap noogenic neurosis sebagai akibat dari dua kondisi. Pertama, ketika manusia berkembang dari mamalia yang lebih rendah, mereka kehilangan dorongan dan instink alamiah yang menghubungkannya dengan alam. Kedua, pada akhir abad XX kita memiliki beberapa adat kebiasaan, tradisi, dan nilai – nilai untuk menentukan tingkah laku kita.

B.  Kodrat Eksistensi Manusia yang Sehat
Frankl percaya bahwa hakikat eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor yaitu sipritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Frankl menyarankan untuk memikirkannya sebagai roh atau jiwa. Kebebasan adalah ketika kita memiliki dan menggunakan keleluasaan untuk memilih bagaimana kita bertingkah laku jika menjadi sehat secara sehat secara psikologis. Orang yang tidak mengalami kebebasan adalah mereka yang berprasangka karena kepercayaan akan determinisme atau mereka yang sangat neurotis. Kita juga harus bertanggung jawab terhadap pilihan kita. Orang yang sehat akan memikul tanggung jawab ini; menggunakan waktu dengan bijaksana agar karyanya tetap berkembang. Guna mencapai dan menggunakan spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab tergantung pada kita. Tanpa ketiganya tidak mungkin menemukan arti dalam kehidupan.

C.  Dorongan Kepribadian yang Sehat
Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yaitu kemauan akan arti yang begitu kuat sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain. Arti kehidupan tentu saja khas dan unik bagi setiap individu. Arti kehidupan berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain dan bahkan dari momen yang satu dengan momen yang berikutnya. Kita tidak akan bertemu dua situasi yang sama dengan cara yang sama, karena pengaruh pengalaman – pengalaman baru yang terjadi di antara dua situasi tersebut. Beberapa situasi menghendaki agar kita aktif membentuk nasib kita, sementara situasi yang lain menghendaki supaya kita menerima nasib. Jadi, setiap situasi adalah baru dan membutuhkan suatu respons tersendiri.
Frankl meyakini bahwa hanya ada satu jawaban terhadap setiap situasi. Setiap masalah yang kita hadapi mempunyai arti, tinggal bagaimana kita menemukan arti tersebut. Kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai dan apa yang harus dicapai; suatu jurang pemisah antara siapa kita dan bagaimana seharusnya kita. Orang sehat menyadari jurang pemisah ini dan memperjuangkan tujuan yang memberikan arti bagi kehidupan.
Ada sistem nilai fundamental yang berhubungan dengan cara memberi arti kepada kehidupan: nilai daya cipta (kreatif), nilai pengalaman, dan nilai sikap. Nilai daya cipta diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif. Arti kehidupan diperoleh melalui tindakan menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan. Sementara nilai daya cipta menyangkut pemberian kepada dunia, maka nilai pengalaman menyangkut penerimaan dari dunia. Nilai pengalaman diungkapkan dengan menyerahkan diri sendiri kepada keindahan dalam dunia alam atau dunia seni.
Frankl percaya bahwa nasib kita tidak mengecewakan dan destruktif. Situasi yang sering dianggap orang sangat buruk, dilihat oleh Frankl sebagai situasi yang justru memberi kesempatan yang sangat besar untuk menemukan arti. Situasi yang menimbulkan nilai sikap ialah situasi yang dimana kita tak mampu untuk mengubahnya atau menghindarinya, kondisi nasib yang tidak dapat diubah. Orang yang menemukan arti kehidupan mencapai transendensi diri; sebuah keadaan ada yang terakhir untuk kepribadian yang sehat.

D.  Kodrat Orang yang Mengatasi Diri
Dalam pandangan Frankl, dorongan utama kita ialah mencari arti. Orang yang sehat secara psikologis bergerak ke luar atau tidak fokus pada diri sendiri. Pandangan ini menempatkan pendirian Frankl berlawanan dengan ahli – ahli yang mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia yang penuh ialah pemenuhan atau aktualisasi diri. Frankl sendiri percaya bahwa semata-mata mengejar tujuan dalam diri justru merusak diri. Frankl menyatakan jika semakin banyak kita berjuang untuk kesenangan mungkin semakin kurang kita menemukannya. Kehidupan yang diarahkan untuk mengejar kebahagiaan tidak pernah akan menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan diperoleh karena bisanya timbul secara spontan dari pemenuhan arti.
Menurut Frankl, pada dasarnya hal yang sama terjadi saat mengejar aktualisasi diri. Semakin banyak kita berjuang untuk aktualisasi diri, maka semakin sulit mencapainya. Frankl mempercayai bahwa pandangannya sesuai dengan pandangan Maslow bahwa cara yan paling baik untuk mencapai aktualisasi diri ialah melalui komitmen terhadap pekerjaan, terhadap sesuatu yang di luar diri (tidak fokus pada diri sendiri). Frankl tidak menyajikan daftar dari sifat-sifat kepribadian yang sehat, tetapi secara umum dapat dirumuskan seperti berikut:
1.  Mereka bebas memilih langkah tindakan yang dilakukan.
2.  Mereka bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan sikap yang dianut terhadap nasib mereka.
3.  Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan di luar diri mereka.
4.  Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok.
5.  Mereka secara sadar mengontrol kehidupan.
6.  Mereka mampu mengungkapkan nilai daya cipta, nilai pengalaman dan nilai sikap
7.  Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri sendiri.
Ada beberapa sifat lain dari kepribadian yang sehat, yaitu berorientasi masa depan, diarahkan kepada tujuan dan tugas yang akan datang. Frankl menekankan bahwa kita bebas memilih bagaimana bereaksi terhadap keadaan kita, suatu kebebasan yang tidak pernah dapat dicabut dari diri kita. Sifat lain yakni komitmen terhadap pekerjaan. Salah satu cara untuk memperoleh arti ialah dengan mengungkapkan nilai daya cipta dan memberi sesuatu kepada dunia melalui pekerjaan. Hal yang penting dari pekerjaan bukanlah isi dari pekerjaan tersebut, melainkan cara bagaimana kita melakukannya. Inilah yang memberikan arti kepada kehidupan. Frankl percaya bahwa kebanyakan pekerjaan memberikan nilai daya cipta.
Sifat lain dari orang yang mengatasi diri ialah kemampuan mereka untuk memberi dan menerima cinta. Cinta adalah tujuan pokok manusia; keselamatan kita adalah melalui cinta dan dalam cinta. Tetapi ada sisi lain dari kehidupan cinta; yaitu memberi cinta. Dengan memberi cinta (mencintai) kepada orang lain kita dapat melihat sifat dan ciri khas mereka, termasuk yang belum diaktualisasikan. Dalam cinta timbal balik, kedua pihak mampu merealisasikan yang lebih besar dari potensi mereka menjadi manusia yang lebih penuh.

*Mata Kuliah Psikologi Positif TA 2014 Magister Psikologi UGM

Daftar Pustaka
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan: Model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius

Rabu, 27 Januari 2016

Psikologi Kepribadian Carl Rogers: Orang yang Berfungsi Sepenuhnya




oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy*


A.  Pendekatan terhadap Kepribadian
Rogers mendasarkan pendekatan kepribadian pada klien yang terganggu, yang mencari bantuan dalam merubah kepribadian. Rogers kemudian mengembangkan metode terapi yang disebut client centered therapy, yaitu terapi yang berpusat pada klien. Terapi tersebut menempatkan tanggung jawab utama pada klien. Asumsinya klien yang terganggu psikologisnya masih memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran. Manusia bertanggungjawab terhadap kepribadiannya sadar dan rasional. Seseorang dibimbing oleh persepsi sadar dan bukan semata-mata berasal dari kekuatan tak sadar.
Kepribadian yang sehat masa depan lebih penting daripada masa lampau. Masa lampau berperan dalam mempengaruhi cara pandang seseorang. Dengan demikian masa kanak-kanak dianggap penting, namun bukan menjadi fokus utama, melainkan apa yang terjadi sekarang. Kepribadian dipahami melalui segi pandangan pribadi klien. Segala sesuatu yang nyata bagi klien merupakan persepsinya yang khas tentang realitas. Realitas antara satu orang berbeda dengan orang lain karena menyesuaikan dengan pengalaman.

B.  Motivasi Orang yang Sehat: Aktualisasi
Manusia memiliki dorongan kebutuhan fundamental dalam sistem kepribadian, yaitu memelihara, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. Rogers mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia terikat dengan aktualisasi diri. Aktualisasi memudahkan dalam meningkatan pematangan dan pertumbuhan. Kecenderungan aktualisasi diri pada tingkat fisiologis tidak dapat ditahan dan mendorong individu beranjak dari satu tingkat pematangan ke tingkat pematangan berikutnya. Tidak ada perbedaan antara individu yang sehat dan tidak sehat dari pada aktualisasi biologis. Namun terdapat perbedaan pada aktualisasi psikologis.
Aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologis yang unik. Terdapat perbedaan yang penting antara kecenderungan umum dan kecenderungan khusus ke arah aktualisasi diri. Kecenderungan umum seperti pematangan dan perkembangan seluruh organisme (misalnya fungsi hormon) tidak dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Sedangkan aktualisasi diri ditentukan oleh kekuatan sosial, yaitu belajar dan pengalaman.

C.  Perkembangan Diri
Konsep diri (self concept), berkembang dari anak-anak ke arah yang lebih kompleks, sesuai dengan semakin intensnya interaksi dengan orang lain. Pada anak-anak, gambaran diri dikembangkan dengan mengamati reaksi orang-orang terhadap tingkah lakunya. Rogers menjelaskan bahwa masa anak-anak menjadi penting yang menentukan akan menjadi sehat atau tidak. Agar menjadi individu yang sehat, di masa anak-anak perlu adanya penghargaan positif (positive regard). Positive regard adalah kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain.

D.  Kepribadian yang Sehat: Berfungsi Sepenuhnya
Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam mempelajari konsep orang yang berfungsi sepenuhnya milik Rogers. Pertama, kepibadian sehat merupakan suatu proses. Aktualisasi selalu berjalan, tidak pernah selesai dan dinamis. Orientasi seseorang adalah ke arah masa depan, dan mendeferensiasi dan mengembangkan diri. Kedua, aktualisasi diri merupakan proses yang sukar dan kadang menyakitkan. Aktualisasi adalah keberanian untuk mengada. Orang yang mengaktualisasikan diri menghadapi sesuatu yang menantang. Ketiga, aktualisasi diri menjadikan diri benar-benar mereka sendiri orisinal. Orang yang mengaktualisasikan diri tidak bersembunyi di balik topeng, tidak mengikuti petunjuk tingkah laku, dan bebas dari harapan yang diberikan oleh masyarakat. Tingkah laku ditentukan oleh mereka sendiri. Meskipun demikian, orang yang mengaktualisasikan diri tidak agresif dan memberontak aturan masyarakat. Berikut lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya:
1.    Keterbukaan pada Pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya bebas untuk mengalami perasaan dan sikap. Tidak ada satupun yang harus dilawan karena tidak ada yang mengancam. Setiap pendirian dan perasaan disampaikan tanpa distorsi atau rintangan.  Kepribadian bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga menggunakannya dalam membuka kesempatan persepsi dan ungkapan baru. Kepribadian yang terbuka ini berlawanan dengan kepribadian yang defensif yang tidak mau mengetahui dan menerima pengalaman tertentu. Orang yang berfungsi sepenuhnya lebih emosional, dalam arti mengalami emosi positif maupun negatif lebih banyak dan lebih kuat daripada orang yang defensif.
2.    Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, “hidup” dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seakan-akan belum pernah ada yang sama persis. Orang yang berfungsi sepenuhnya terbuka pada pengalaman, sehingga akan senantiasa segar dengan pengalaman-pengalaman yang dialami. Mereka dapat bebas berpartisipasi dalam setiap pengalaman karena tidak berprasangka. Rogers meyakini bahwa kualitas dari eksistensi merupakan hal esensial dalam kepribadian sehat. Mereka terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen. Setiap pengalaman mengenai sesuatu hal dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman baru.
3.    Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri
Orang yang berfungsi sepenuhnya berlaku menurut apa yang dirasa benar dalam memutuskan suatu tindakan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Mereka bertindak sesuai impuls yang timbul seketika, sehingga terdapat spontanitas dan kebebasan. Meskipun demikian bukan berarti bertindak tergesa-gesa dan tidak memperhatikan konsekuensi. Orang yang sehat terbuka pada pengalaman. Artinya mau menerima seluruh informasi yang berisi kebutuhan-kebutuhan, tuntutan sosial, ingatan terhadap situasi yang serupa pada masa lampau, dan persepsi terhadap sitausi sekarang; untuk membuat keputusan. Orang yang sehat ditandai dengan adanya kepercayaan terhadap keputusan yang dibuat oleh diri sendiri.
4.    Perasaan Bebas
Orang yang berfungsi sepenuhnya bebas memilih dan bertindak, tanpa paksaan dan rintangan. Orang berkuasa penuh terhadap kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, dan masa lalu. Mereka melihat banyak pilihan dalam hidup dan dapat melakukan apa yang diinginkan.  Sebaliknya orang yang defensif tidak memiliki perasaan bebas, sehingga tingkah lakunya ditentukan oleh faktor-faktor yang berada di luar kontrol. Pilihan orang yang defensif terbatas dan memiliki pandangan yang sempit terkait masa depan.
5.    Kreativitas
Orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif dan terbuka kepada pengalaman. Mereka mengungkapkan diri dalam produk kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan. Mereka tidak menyesuaikan diri secara pasif terhadap tekanan sosial maupun kultur. Mereka tidak menghiraukan kemungkinan tingkah laku mereka diterima dengan baik oleh orang lain. Orang yang berfungsi sepenuhnya mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi lingkungan. Mereka mampu menanggulangi perubahan traumatis. Rogers menyebut bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya adalah barisan yang layak dalam proses evolusi manusia.

*Mata Kuliah Psikologi Positif TA 2014 Magister Psikologi UGM

Daftar Pustaka
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan: Model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius

Senin, 25 Januari 2016

Psikologi Kepribadian Maslow: Orang yang Mengaktualisasikan Diri






oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy*


A.  Pendekatan terhadap Kepribadian
Maslow mendasarkan pendekatannya pada orang yang paling baik, sehat, dan matang dari seluruh populasi manusia. Maslow meneliti pribadi-pribadi yang terkemuka, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Maslow meneliti dengan bermacam teknik. Bagi yang masih hidup, diterapkan teknik interview dan asosiasi bebas. Sedangkan bagi yang sudah meninggal, diterapkan teknik analisis biografi dan otobiografi. Hasilnya disimpulkan bahwa manusia dilahirkan dengan kebutuhan instinktif. Kebutuhan ini mendorong seseorang bertumbuh kembang guna mengaktualisasikan diri. Adapun aktualisasi diri tergantung pada kekuatan individu dan sosial.
Maslow menjelaskan bahwa orang yang mencapai aktualisasi diri hanya 1 % dari populasi masyarakat, namun jika jumlah orang yang mencapai keadaan ideal manusia lebih besar. Selanjutnya dijelaskan, meskipun dapat dipengaruhi pengalaman masa lalunya, seseorang tetap dapat berubah, bertumbuh, dan mencapai tingkat kesehatan psikologis yang tinggi.

B.  Dorongan Kepribadian yang Sehat
Manusia didorong untuk mengaktualisasikan diri. Sebelum sampai kepada aktualisasi diri (kebutuhan kelima yang paling tinggi), kebutuhan yang lebih rendah harus dipuaskan. Sehingga syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta, serta penghargaan.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang terhadap makanan, air, udara, tidur dan seks. Kebutuhan ini merupakan yang terkuat dari semua kebutuhan. Apabila kebutuhan fisiologi terpenuhi maka dorongan selanjutnya adalah kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa aman mencakup jaminan, stabilitas, perlidungan, ketertiban, dan bebas dari ketakutan serta kecemasan. Manusia membutuhkan sesuatu yang bersifat rutin dan dapat diramalkan. Berikutnya adalah kebutuhan memiliki dan mencintai, yaitu kebutuhan yang menggerakkan untuk bergabung dalam kelompok dengan tujuan merasakan perasaan memiliki, dan membangun hubungan akrab dengan tujuan memberi serta menerima cinta. Apabila telah berhasil dengan memiliki dan mencintai, dorongan akan mengarah kepada kebutuhan pernghargaan; baik penghargaan yang berasal dari orang lain maupun yang berasal dari diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain dapat didasarkan pada reputasi, kekaguman, status, popularitas, prestise dan keberhasilan. Adapun penghargaan dari diri sendiri didasarkan atas pengatahuan terhadap diri dan penilaian objektif (kebaikan maupun kelemahan) yang pada akhirnya dapat merasa berharga, serasi dan seimbang. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan aktualisasi diri, yakni perkembangan tertinggi dan penggunaan semua bakat. Dengan kata lain, menjadi individu yang sesaui menurut potensi yang dimiliki.

C.  Aktualisasi Diri
1.    Mengamati Realitas Secara Efisien
Orang yang sangat sehat memadang dunia secara objektif sebagaimana adanya dan tidak hanya yang diinginkan atau dibutuhkan saja.  Sebagai bagian dari persepsi objektif, maka orang yang mencapai aktualisasi diri teliti terhadap berbagai lini kehidupan dengan bersandar kepada apa yang dilihat, tidak bergantung pada kebiasaan menurut orang-orang “yang paling baik”.
2.    Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri baik kelemahan maupun kelebihan. Mereka menerima apa adanya sesuai kodrat, sehingga tidak defensif melainkan menjadi diri yang sebenarnya (tanpa topeng). Hal ini juga berlaku dalam menerima kodrat orang lain. Orang yang mengaktualisasikan diri bisa merasa bersalah untuk beberapa tingkah laku mereka apabila tidak sesuai antara kodrat dan bagaimana seharusnya. Misalnya: kemalasan dan kesembronoaan.
3.    Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Orang yang mengaktualisasikan diri bertingkah laku terbuka dan tanpa kebohongan, sehingga emosi yang ditunjukkan adalah emosi yang jujur. Meskipun demikian ketika ungkapan rasa yang wajar dan jujur tersebut tidak penting serta dapat menyakiti orang lain maka pengungkapan tersebut tidak dilakukan.
4.    Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang yang mengaktualisasikan diri terlibat pada pekerjaan dengan dedikasi. Melalui dedikasi pada pekerjaan, mereka dapat memenuhi meta kebutuhannya. Sehingga, mereka kerja lebih keras daripada orang biasa.
5.    Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai kebutuhan untuk memisahkan diri. Namun bukan berarti menjauh dari kontak manusia. Mereka tidak tergantung pada orang lain.
6.    Berfungsi secara Otonom
Berfungsi otonom erat kaitannya dengan kebutuhan privasi dan independensi. Mereka tidak didorong oleh motif kekurangan, sehingga tidak tergantun pada dunia nyata untuk kepuasan mereka karena pemuasan dari motif-motif pertumbuhan dari dalam diri. Perkembangan mereka juga tergantung potensi dan sumber-sumber dari dalam diri. Kepribadian yang sehat berdiri sendiri dan mempunyai tingkat otonomi yang tinggi. Mereka bertahan dalam ketenangan di tengah masalah-masalah yang apabila dilihat oleh orang yang tidak sehat sebagai suatu malapetaka.
7.    Apresiasi yang Senantiasa Segar
Orang yang mengaktualisasikan diri menghargai pengalaman yang dialami meskipun sering mendapati pengalaman yang serupa. Mereka mempertahankan perasaan kagum dan segar meskipun berada pada aktivitas yang berulang. Mereka menghargai pengalaman senantiasa menyuskuri apa yang didapati dan dialami.
8.    Pengalaman-pengalaman Mistik atau “Puncak”
Orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, misalnya pengalaman keagamaan yang mendalam. Maslow mengatakan bahwa tidak semua pengalaman puncak sanat kuat, dapat juga pengalaman-pengalaman ringan. Orang yang sehat lebih sering mengalami pengalaman punca daripada orang biasa. Pengaktualisasi diri dibedakan menjadi dua yaitu yang memiliki banyak puncak yang berintensitas kuat dan yang sedikit dan ringan. Maslow menyebutnya sebagai peakers dan non peakers atau transcenders dan nontranscenders.
9.    Minat Sosial
Pengaktualisasi diri mempunyai empati dan afeksi yang kuat terhadap sesama manusia, serta mempunyai keinginan untuk berperan dala kemanusiaan. Mereka menyadari baha mereka berfunsi pada suatu tingkat yang lebih tinggi. Mereka mencintai kemanusiaan, seperti mencintai suadara-saudaranya.
10.  Hubungan Antarpribadi
Pengaktualisasi diri mempu menjalin hubungan interpersonal lebih baik daripada orang bisa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih sempurna dengan individu lain. Cinta yang dirasakan pengaktualisasi diri terhadap orang lain adalh suatu cinta khusus: Being-love (B-love), yang berlawanan dengan Deficiency love (D-love) yang didorong oleh kekurangan. Dalam B-love seseoran tidak mengalami kekurangan cinta sehingga tidak mengharapkan cinta sebagai balasan.
11.  Struktur Watak Demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima orang tanpa memperhatikan kelas social, tingkat pendidikan, golongan politis, ras dan agama. Mereka menyadari perbedaan itu, namun tingkah laku yang ditunjukkan lebih dalam dari sekadar mentoleransi perbedaan tersebut. Terhadap orang yang memiliki strata pendidikan yang di bawah mereka tidak angkuh atau sombong, sebaliknya mereka sangat menaruh hormat.
12.  Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk
Orang yang mengaktualisasikan diri membedakan dengan jelas sarana dan tujuan. Bagi mereka, sarana untuk mencapai tidak lebih penting daripada tujuan. Pengaktualisasi diri juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah. Pengaktualisasi diri memiliki norma etis dan moral yang dirumuskan dengan baik yang mereka pegang teguh dalam semua situasi.
13.  Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang yang sehat sepenuhnya memiliki selera humor yang berbeda dengan orang biasa. Humor pengatualisasi diri bersifat filosofis, humor yang menertawakan orang pada umumnya. Humor bersifat instruktif, yaitu humor bijaksana yang memunculkan senyuman dan anggukan tanda mengerti daripada sekadar gelak tawa yang keras.
14.  Kreativitas
Kreativitas adalah sifat yang diharapkan dimiliki oleh seorang pengaktualisasi diri. Pengaktualisasi diri asli, inventif, dan inovatif. Kreativitas yang dimaksud di sini tidak harus menghasilkan suatu karya seni sebagaiamana dihasilkan oleh seniman.  Dengan kata lain, kreativitas yang dimaksud lebih merupakan sikap, ungkapan kesehatan psikologis, dan mengenai cara bagaimana seseorang mengamati dan beraksi terhadap dunia.
15.  Resistensi terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasi diri berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh social, serta bertidak dengancara tertentu. Mereka tidak terpengaruh oleh budaya dan orang lain. Meskipun demikian bukan berarti mereka menentang kebudayaan. Mereka tidak sengaja melangar aturan social untuk memperlihatkan independensi.


*Mata Kuliah Psikologi Positif TA 2014 Magister Psikologi UGM


Daftar Pustaka
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan: Model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius.