Rabu, 05 Agustus 2015

Psikologi Kepemimpinan (Stratejik): Daya Tarik Pemimpin


DAYA TARIK PEMIMPIN:
Apa yang Membuat Follower Mengikuti Sang Pemimpin?

Muhammad Zulfa Alfaruqy, Anindra Guspa, Rahadian Yudhistira, Azolla Silviani
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


ABSTRAK

Penelitian berangkat dari kenyataan bahwa organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Di dalam sebuah organisasi, apapun itu, pemimpin mempunyai peran sentral dalam menentukan arah dan perkembangan organisasi. Tujuan penelitian adalah memahami makna kepemimpian dan dinamika organisasi dari sudut pandang seorang pemimpin organisasi kemahasiswaan. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan kuesioner terbuka, sedangkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara. 52 orang berpartisipasi dalam penggalian data kuantitatif, 3 di antaranya turut dalam penggalian data kualitatif. Hasil penelitian utuh kami yang berjudul “Memahami Kepemimpinan: Sebuah Eksplorasi Dari Sudut Pandang Organisasi Kemahasiswaan ditemukan ada 9 tema. Satu di antara tema tersebut menjelaskan tentang apa yang membuat follower atau anggota mengkuti sang pemimpin. Hasil menunjukkan bahwa 26 partisipan (50%) mengatakan bahwa diikuti karena keahlian/kemampuan, 12 partisipan (23%) karena memberikan penghargaan kepada anggota, 11 partisipan (21%) karena kewenangannya, dan 3 partisipan (6%)  karena kekaguman anggota terhadapnya.
Kata kunci: kepemimpinan, organisasi kemahasiswaan


PENDALAMAN
Angka-angka tersebut di atas kemudian kami tanyakan secara lebih mendalam. Apresiasi pada keahlian dapat dibagi menjadi 3 kategori. Pertama, pemimpin dipandang expert di bidangnya. Meskipun dipandang expert, pemimpin masih saling belajar bersama dengan anggota-anggotanya. Dari sinilah muncul kemampuan kolektif, yang pada gilirannya mempu mengembangkan tanggung jawab anggota. Kedua, memiliki bukti pencapaian. Berbeda pada kategori pertama, pada kategori ini tidak disebutkan adanya saling belajar. Karena ada bukti pencapaian, maka anggota terinspirasi, termotivasi dan menjadikan sosok pemimpin sebagai contoh. Ketiga, kemampuan mengelola organisasi. Kemampuan mengelola organisasi membuat anggota merasa nyaman dan loyal pada pemimpin.
Penghargaan yang diberikan oleh pemimpin juga mampu membuat anggota nyaman dan melaksanakan tugas serta tanggungjawab yang diberikan. Hal tersebut ditambah dengan adanya sikap saling menghargai antara pemimpin dan anggota. Tema yang lain adalah kewenangan. Anggota menyadari bahwa pemimpin memang memiliki kewenangan yang lebih dibanding anggota lain. Pemimpin memiliki kewenangan untuk membuat aturan dan menyelaraskan organisasi. Salah satu partisipan digali secara lebih dalam dan mengatakan sebagai berikut:
“Sepengalamanku, mereka lebih ke wewenang. Kenapa? Kalau keahlian saja nggak cukup. Oke kita bisa ini, bisa itu. Tapi itu justru yang buat mereka mengandalkan saya, yawes kamu aja, yang bla, bla, bla. Tapi apa iya mau kerja sendiri? Nggak to? Makanya pakailah kewenangan. Supaya jelas. Bisa minta anggota untuk melaksanakan apa yang harus meraka lakukan.” (Partisipan C, 45-55)
Adapun yang terakhir ialah kekaguman. Kekaguman terfokus pada kekaguman pada pengalaman yang dimiliki pemimpin dan perhatian yang diberikan kepada anggota.




merupakan penelitian dari kelas yang diampu oleh Bapak Fathul Himam, MA. Ph.D