Minggu, 16 Maret 2014

Mengobarkan (Kembali) Nasionalisme



Mengobarkan (Kembali) Nasionalisme
oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro


Bangsa Indonesia adalah kita. Bangsa Indonesia adalah kita yang diberikan amanah oleh Tuhan untuk menjadi khalifah di bumi nusantara. Bangsa Indonesia tidak lain dan tidak bukan ialah kita yang senantiasa mengobarkankan semangat kebangsaan di singgasana hati. Sungguh, sebuah kebanggaan tersendiri menjadi bagian dari in-group yang sedang menata(p) masa depan.
Ibarat menanam padi, kita tidak bisa hanya menanam identitas diri sebagai pemilik sah Republik Indonesia tanpa merawat dan menjaga sebaik-baiknya. Kita butuh pupuk yang bernama nasionalisme dan aliran air kepedulian. Beruntungnya kita adalah pupuk dan air itu tidak disediakan cuma-cuma, tetapi perlu usaha keras untuk mendapatkannya. Bukankah sesuatu yang diusahakan dengan saksama jauh lebih bermakna (?)

Nasionalisme
Nasionalisme mengajarkan kita untuk setia pada bangsa. Mengutip kata Searle-White (dalam Houghton, 2008), nasionalisme merupakan identifikasi individu dengan kelompok yang memiliki kesamaan. Nasionalisme menjadi gerakan bagi suatu bangsa karena penentuan nasib sendiri untuk menciptakan sebuah negara merdeka. Identifikasi tersebut ialah hasil dari proses kognisi yang pada gilirannya memunculkan sense of belonging pada bangsa.
Nasionalisme bukanlah hal yang baru bagi Indonesia. Kita merdeka adalah buah dari semangat nasionalisme para pendiri bangsa. Dalam konteks kekinian, seorang nasionalis ditandai dengan adanya komitmen terhadap persatuan, martabat, dan kesejahtaraan negara, bahkan ketika tidak menyukai pemerintah. Pertanyaannya sekarang, masihkah kita mencintai tanah air ini?

Mengobarkan (Kembali)
Konsep mengobarkan kembali nasionalisme, berhubungan erat dengan bagaimana kita mengoptimalkan tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Sebuah studi yang dilakukan peneliti pada mahasiswa PTN di Jateng dan DIY tahun 2013 menunjukkan bahwa nasionalisme adalah sebuah perasaan bangga serta cinta terhadap bangsa yang diwujudkan dalam tindakan. Perasaan bangga (afeksi) sebagai bangsa diawali oleh pemahaman tentang potensi dan masalah negara (kognisi).
Perasaan terhadap bangsa dimanifestasikan dalam perilaku (konasi) yang sederhana, antara lain: autokritik atas kondisi bangsa, menggunakan bahasa dan produk Indonesia, mengedukasi mahasiswa dan masyarakat, serta mempersiapkan diri untuk berkontribusi di masa depan. Apabila kita cermati, nasionalisme bukanlah konsep transendential, melainkan konsep nyata yang dapat dikobarkan dalam diri manusia Indonesia.
Siapakah yang bertanggungjawab pada proyek besar ini? Ya. Proyek besar tersebut bisa berjalan hanya jika dilakukan secara kolektif. Butuh goyong-royong dari keluarga, organisasi, media massa, pendidikan, agama, dan setiap diri kita. Sungguh, nasionalisme sangat diperlukan pada masa sekarang. Nasionalisme kita tidak sedang dihadang oleh perang, tetapi dihadapkan pada lelaku menjaga kedaulatan Indonesia sesuai bidang yang ditekuni. Yakinlah, Indonesia adalah bangsa yang besar. Wallahu a'lam bishawab.

Referensi:
Houghton,D.P.(2008). Political Psychology. New York: Taylor&Francis.