oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy*
“Pandangan
Frankl tentang pencarian arti (meaning),
berlawanan dengan ahli – ahli yang
mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia ialah pemenuhan
atau aktualisasi diri.”
A.
Pendekatan terhadap Kepribadian
Pandangan Frankl
tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan manuasia akan
arti hidup. Frankl dalam
hal ini juga memperkenalkan logotherapy.
Logotherapy berasal dari bahasa Yunani logos yang
diterjemahkan sebagai
kata arti (meaning). Logotherapy berbicara tentang
arti dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan meaning of life dan juga teknik – teknik teraupeutis
khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan.
Logotherapy awalnya
merupakan metode
psikoterapi untuk menangani orang-orang
yang kehilangan arti hidup.
Teori mengenai kodrat manusia dalam
logotherapy dibangun atas tiga pokok. Pertama,
kebebasan atas kemauan. Frankl mengemukakan bahwa meskipun ada kondisi-kondisi luar yang mempengaruhi
kehidupan kita, namun kita bebas untuk memilih reaksi kita terhadap kondisi-kondisi tersebut. Kedua, kemauan
akan arti. Kebutuhan
kita yang terus-menerus
mencari suatu arti memberi suatu maksud bagi eksistensi kita. Tanggung jawab kita adalah untuk menemukan dengan cara kita sendiri. Sehingga pada
ujungnya kita akan mengerti pokok yang ketiga
yaitu arti
kehidupan.
Kekurangan arti
dalam kehidupan, bagi Frankl merupakan suatu neurosis; dia menyebutnya sebagai noogenic neurosis. Noogenic neurosis merupakan keadaan yang bercirikan tanpa
arti, tanpa maksud, tanpa tujuan, dan hampa. Orang yang mengalami keadaan semacam ini berada dalam
kekosongan eksistensial (existential
vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah hal yang lumrah pada zaman yang modern. Banyak di antara kita menderita
kebosanan dan masa bodoh terhadap noogenic
neurosis sebagai akibat dari dua kondisi. Pertama, ketika manusia
berkembang dari mamalia
yang lebih rendah, mereka kehilangan dorongan dan instink alamiah yang
menghubungkannya dengan
alam. Kedua, pada akhir abad XX kita memiliki beberapa adat kebiasaan, tradisi,
dan nilai – nilai untuk menentukan tingkah laku kita.
B.
Kodrat Eksistensi Manusia yang Sehat
Frankl percaya
bahwa hakikat eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor yaitu sipritualitas, kebebasan, dan
tanggung jawab. Spiritualitas adalah
suatu konsep yang sulit dirumuskan. Frankl menyarankan untuk memikirkannya sebagai roh atau jiwa. Kebebasan adalah ketika kita memiliki dan menggunakan
keleluasaan untuk memilih bagaimana
kita bertingkah
laku jika menjadi sehat secara sehat secara psikologis. Orang yang tidak mengalami
kebebasan adalah mereka yang berprasangka karena kepercayaan akan determinisme
atau mereka yang sangat neurotis. Kita juga harus bertanggung
jawab
terhadap pilihan kita.
Orang yang sehat akan memikul tanggung jawab ini; menggunakan waktu dengan bijaksana
agar karyanya tetap
berkembang. Guna
mencapai dan menggunakan spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab
tergantung pada kita. Tanpa ketiganya tidak mungkin menemukan arti dalam
kehidupan.
C.
Dorongan Kepribadian yang Sehat
Dalam sistem
Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yaitu
kemauan akan arti yang begitu kuat sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain.
Arti kehidupan tentu saja khas dan
unik bagi setiap individu. Arti kehidupan berbeda dari orang yang satu dengan
orang yang lain dan bahkan dari momen yang satu dengan momen yang berikutnya. Kita
tidak akan
bertemu dua situasi yang sama dengan
cara yang sama, karena
pengaruh pengalaman – pengalaman baru yang terjadi di antara dua situasi tersebut. Beberapa situasi menghendaki
agar kita aktif membentuk nasib
kita, sementara
situasi yang lain
menghendaki supaya kita menerima nasib. Jadi, setiap situasi adalah baru dan
membutuhkan suatu respons tersendiri.
Frankl meyakini bahwa hanya ada satu jawaban
terhadap setiap situasi. Setiap masalah
yang
kita hadapi mempunyai
arti, tinggal
bagaimana kita
menemukan arti tersebut. Kepribadian
yang sehat mengandung tingkat
tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai dan apa yang harus dicapai; suatu jurang pemisah antara
siapa kita dan bagaimana seharusnya kita. Orang
sehat menyadari jurang pemisah ini dan memperjuangkan tujuan yang memberikan arti bagi kehidupan.
Ada sistem nilai fundamental
yang berhubungan dengan cara memberi arti kepada kehidupan: nilai daya cipta (kreatif),
nilai pengalaman, dan nilai sikap. Nilai
daya cipta diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif. Arti kehidupan
diperoleh
melalui tindakan menciptakan
suatu hasil yang kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan. Sementara nilai daya cipta menyangkut
pemberian kepada dunia, maka nilai pengalaman menyangkut penerimaan dari dunia.
Nilai pengalaman diungkapkan dengan menyerahkan diri sendiri kepada keindahan
dalam dunia alam atau dunia seni.
Frankl percaya
bahwa nasib kita tidak mengecewakan dan destruktif. Situasi yang sering dianggap
orang sangat
buruk, dilihat oleh Frankl sebagai situasi yang justru memberi kesempatan yang sangat
besar untuk menemukan arti. Situasi yang menimbulkan nilai sikap ialah situasi
yang dimana kita tak mampu untuk mengubahnya atau menghindarinya, kondisi nasib
yang tidak dapat diubah. Orang yang menemukan arti kehidupan mencapai transendensi
diri; sebuah
keadaan ada yang terakhir untuk kepribadian yang sehat.
D.
Kodrat Orang yang Mengatasi Diri
Dalam pandangan
Frankl, dorongan utama kita ialah mencari arti. Orang yang sehat secara
psikologis bergerak ke luar atau tidak
fokus pada diri sendiri. Pandangan ini menempatkan
pendirian Frankl berlawanan dengan ahli – ahli yang mengemukakan bahwa tujuan
atau dorongan perkembangan manusia yang penuh ialah pemenuhan atau aktualisasi
diri. Frankl sendiri percaya bahwa semata-mata
mengejar tujuan dalam diri justru
merusak diri. Frankl menyatakan jika
semakin banyak kita berjuang untuk kesenangan mungkin semakin kurang kita
menemukannya. Kehidupan yang diarahkan untuk mengejar kebahagiaan tidak pernah
akan menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan diperoleh karena bisanya timbul secara spontan
dari pemenuhan arti.
Menurut
Frankl, pada
dasarnya hal yang sama terjadi saat
mengejar aktualisasi diri. Semakin banyak kita berjuang untuk aktualisasi diri,
maka semakin sulit mencapainya.
Frankl mempercayai bahwa pandangannya sesuai dengan pandangan Maslow bahwa cara
yan paling baik untuk mencapai aktualisasi diri ialah melalui komitmen terhadap
pekerjaan, terhadap sesuatu yang di
luar diri (tidak fokus pada diri sendiri). Frankl tidak menyajikan daftar dari sifat-sifat kepribadian yang sehat, tetapi secara umum dapat
dirumuskan seperti berikut:
1. Mereka bebas memilih langkah
tindakan yang dilakukan.
2. Mereka bertanggung jawab
terhadap tingkah laku dan sikap yang dianut
terhadap nasib mereka.
3. Mereka tidak ditentukan oleh
kekuatan di luar diri mereka.
4. Mereka telah menemukan arti
dalam kehidupan yang cocok.
5. Mereka secara sadar mengontrol
kehidupan.
6. Mereka mampu mengungkapkan
nilai daya cipta, nilai pengalaman dan
nilai sikap
7. Mereka telah mengatasi
perhatian terhadap diri sendiri.
Ada
beberapa sifat lain dari kepribadian yang sehat, yaitu berorientasi masa
depan, diarahkan kepada tujuan dan tugas yang akan datang. Frankl menekankan
bahwa kita bebas memilih bagaimana bereaksi terhadap keadaan kita, suatu
kebebasan yang tidak pernah dapat dicabut dari diri kita. Sifat lain yakni komitmen terhadap pekerjaan.
Salah satu cara untuk memperoleh arti ialah dengan mengungkapkan nilai daya
cipta dan
memberi sesuatu kepada dunia melalui
pekerjaan. Hal yang
penting dari pekerjaan bukanlah
isi dari pekerjaan tersebut, melainkan cara bagaimana kita melakukannya. Inilah
yang memberikan arti kepada kehidupan. Frankl percaya bahwa kebanyakan
pekerjaan memberikan nilai daya cipta.
Sifat
lain dari orang yang mengatasi diri ialah kemampuan mereka untuk memberi dan
menerima cinta. Cinta adalah tujuan pokok manusia; keselamatan kita adalah
melalui cinta dan dalam cinta. Tetapi ada sisi lain dari kehidupan cinta; yaitu memberi cinta. Dengan memberi
cinta (mencintai) kepada orang lain kita dapat melihat sifat dan ciri khas mereka, termasuk
yang belum diaktualisasikan. Dalam cinta timbal balik, kedua pihak mampu merealisasikan yang lebih besar dari potensi
mereka menjadi manusia yang lebih penuh.
*Mata Kuliah Psikologi Positif TA
2014 Magister Psikologi UGM
Daftar Pustaka
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan: Model-model kepribadian sehat.
Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar