Minggu, 31 Januari 2016

Psikologi Kepribadian Viktor Frankl: Orang yang Mengatasi Diri



oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy*


“Pandangan Frankl tentang pencarian arti (meaning), berlawanan dengan ahli – ahli yang mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia ialah pemenuhan atau aktualisasi diri.

A.  Pendekatan terhadap Kepribadian
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan manuasia akan arti hidup. Frankl dalam hal ini juga memperkenalkan logotherapy. Logotherapy berasal dari bahasa Yunani logos yang diterjemahkan sebagai kata arti (meaning). Logotherapy berbicara tentang arti dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan meaning of life dan juga teknik – teknik teraupeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan.
Logotherapy awalnya merupakan metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehilangan arti hidup. Teori mengenai kodrat manusia dalam logotherapy dibangun atas tiga pokok. Pertama, kebebasan atas kemauan. Frankl mengemukakan bahwa meskipun ada kondisi-kondisi luar yang mempengaruhi kehidupan kita, namun kita bebas untuk memilih reaksi kita terhadap kondisi-kondisi tersebut. Kedua, kemauan akan arti. Kebutuhan kita yang terus-menerus mencari suatu arti memberi suatu maksud bagi eksistensi kita. Tanggung jawab kita adalah untuk menemukan dengan cara kita sendiri. Sehingga pada ujungnya kita akan mengerti pokok yang ketiga yaitu arti kehidupan.
Kekurangan arti dalam kehidupan, bagi Frankl merupakan suatu neurosis; dia menyebutnya sebagai noogenic neurosis. Noogenic neurosis merupakan keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan, dan hampa. Orang yang mengalami keadaan semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah hal yang lumrah pada zaman yang modern. Banyak di antara kita menderita kebosanan dan masa bodoh terhadap noogenic neurosis sebagai akibat dari dua kondisi. Pertama, ketika manusia berkembang dari mamalia yang lebih rendah, mereka kehilangan dorongan dan instink alamiah yang menghubungkannya dengan alam. Kedua, pada akhir abad XX kita memiliki beberapa adat kebiasaan, tradisi, dan nilai – nilai untuk menentukan tingkah laku kita.

B.  Kodrat Eksistensi Manusia yang Sehat
Frankl percaya bahwa hakikat eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor yaitu sipritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Frankl menyarankan untuk memikirkannya sebagai roh atau jiwa. Kebebasan adalah ketika kita memiliki dan menggunakan keleluasaan untuk memilih bagaimana kita bertingkah laku jika menjadi sehat secara sehat secara psikologis. Orang yang tidak mengalami kebebasan adalah mereka yang berprasangka karena kepercayaan akan determinisme atau mereka yang sangat neurotis. Kita juga harus bertanggung jawab terhadap pilihan kita. Orang yang sehat akan memikul tanggung jawab ini; menggunakan waktu dengan bijaksana agar karyanya tetap berkembang. Guna mencapai dan menggunakan spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab tergantung pada kita. Tanpa ketiganya tidak mungkin menemukan arti dalam kehidupan.

C.  Dorongan Kepribadian yang Sehat
Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yaitu kemauan akan arti yang begitu kuat sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain. Arti kehidupan tentu saja khas dan unik bagi setiap individu. Arti kehidupan berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain dan bahkan dari momen yang satu dengan momen yang berikutnya. Kita tidak akan bertemu dua situasi yang sama dengan cara yang sama, karena pengaruh pengalaman – pengalaman baru yang terjadi di antara dua situasi tersebut. Beberapa situasi menghendaki agar kita aktif membentuk nasib kita, sementara situasi yang lain menghendaki supaya kita menerima nasib. Jadi, setiap situasi adalah baru dan membutuhkan suatu respons tersendiri.
Frankl meyakini bahwa hanya ada satu jawaban terhadap setiap situasi. Setiap masalah yang kita hadapi mempunyai arti, tinggal bagaimana kita menemukan arti tersebut. Kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai dan apa yang harus dicapai; suatu jurang pemisah antara siapa kita dan bagaimana seharusnya kita. Orang sehat menyadari jurang pemisah ini dan memperjuangkan tujuan yang memberikan arti bagi kehidupan.
Ada sistem nilai fundamental yang berhubungan dengan cara memberi arti kepada kehidupan: nilai daya cipta (kreatif), nilai pengalaman, dan nilai sikap. Nilai daya cipta diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif. Arti kehidupan diperoleh melalui tindakan menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan. Sementara nilai daya cipta menyangkut pemberian kepada dunia, maka nilai pengalaman menyangkut penerimaan dari dunia. Nilai pengalaman diungkapkan dengan menyerahkan diri sendiri kepada keindahan dalam dunia alam atau dunia seni.
Frankl percaya bahwa nasib kita tidak mengecewakan dan destruktif. Situasi yang sering dianggap orang sangat buruk, dilihat oleh Frankl sebagai situasi yang justru memberi kesempatan yang sangat besar untuk menemukan arti. Situasi yang menimbulkan nilai sikap ialah situasi yang dimana kita tak mampu untuk mengubahnya atau menghindarinya, kondisi nasib yang tidak dapat diubah. Orang yang menemukan arti kehidupan mencapai transendensi diri; sebuah keadaan ada yang terakhir untuk kepribadian yang sehat.

D.  Kodrat Orang yang Mengatasi Diri
Dalam pandangan Frankl, dorongan utama kita ialah mencari arti. Orang yang sehat secara psikologis bergerak ke luar atau tidak fokus pada diri sendiri. Pandangan ini menempatkan pendirian Frankl berlawanan dengan ahli – ahli yang mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia yang penuh ialah pemenuhan atau aktualisasi diri. Frankl sendiri percaya bahwa semata-mata mengejar tujuan dalam diri justru merusak diri. Frankl menyatakan jika semakin banyak kita berjuang untuk kesenangan mungkin semakin kurang kita menemukannya. Kehidupan yang diarahkan untuk mengejar kebahagiaan tidak pernah akan menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan diperoleh karena bisanya timbul secara spontan dari pemenuhan arti.
Menurut Frankl, pada dasarnya hal yang sama terjadi saat mengejar aktualisasi diri. Semakin banyak kita berjuang untuk aktualisasi diri, maka semakin sulit mencapainya. Frankl mempercayai bahwa pandangannya sesuai dengan pandangan Maslow bahwa cara yan paling baik untuk mencapai aktualisasi diri ialah melalui komitmen terhadap pekerjaan, terhadap sesuatu yang di luar diri (tidak fokus pada diri sendiri). Frankl tidak menyajikan daftar dari sifat-sifat kepribadian yang sehat, tetapi secara umum dapat dirumuskan seperti berikut:
1.  Mereka bebas memilih langkah tindakan yang dilakukan.
2.  Mereka bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan sikap yang dianut terhadap nasib mereka.
3.  Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan di luar diri mereka.
4.  Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok.
5.  Mereka secara sadar mengontrol kehidupan.
6.  Mereka mampu mengungkapkan nilai daya cipta, nilai pengalaman dan nilai sikap
7.  Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri sendiri.
Ada beberapa sifat lain dari kepribadian yang sehat, yaitu berorientasi masa depan, diarahkan kepada tujuan dan tugas yang akan datang. Frankl menekankan bahwa kita bebas memilih bagaimana bereaksi terhadap keadaan kita, suatu kebebasan yang tidak pernah dapat dicabut dari diri kita. Sifat lain yakni komitmen terhadap pekerjaan. Salah satu cara untuk memperoleh arti ialah dengan mengungkapkan nilai daya cipta dan memberi sesuatu kepada dunia melalui pekerjaan. Hal yang penting dari pekerjaan bukanlah isi dari pekerjaan tersebut, melainkan cara bagaimana kita melakukannya. Inilah yang memberikan arti kepada kehidupan. Frankl percaya bahwa kebanyakan pekerjaan memberikan nilai daya cipta.
Sifat lain dari orang yang mengatasi diri ialah kemampuan mereka untuk memberi dan menerima cinta. Cinta adalah tujuan pokok manusia; keselamatan kita adalah melalui cinta dan dalam cinta. Tetapi ada sisi lain dari kehidupan cinta; yaitu memberi cinta. Dengan memberi cinta (mencintai) kepada orang lain kita dapat melihat sifat dan ciri khas mereka, termasuk yang belum diaktualisasikan. Dalam cinta timbal balik, kedua pihak mampu merealisasikan yang lebih besar dari potensi mereka menjadi manusia yang lebih penuh.

*Mata Kuliah Psikologi Positif TA 2014 Magister Psikologi UGM

Daftar Pustaka
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan: Model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar