Senin, 18 Januari 2016

Psyframe: Mudanesia 5 (Kontroversi #KamiTidakTakut)



oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy

#KamiTidakTakut adalah tagar yang muncul pasca tragedi Bom Sarinah Januari 2016. Tagar ini tidak hanya masyhur di dunia maya dan media massa, tetapi juga mengalir deras di aktivitas nyata yang dimanifestasikan melalui aksi pengecaman atau sekadar foto selfie bertagar #KamiTidakTakut. Tagar ini barangkali ditujukan untuk menggugah perasaan dan laku kita untuk tidak takut terhadap aksi teroris. Dalam khazanah psikologi kita mengenal hal ini sebagai bentuk sugesti diri (yang meluas menjadi persuasi massal). Benar saja optimisme akan keamanan lingkungan sekitar merupakan bentuk positif perilaku manusia.
Mencoba sedikit mengabaikan bahwa teror bom Sarinah sudah diketahui oleh pemerintah sebelumnya atau tidak, settingan atau tidak, dan pengalihan isu atau tidak. Mencoba sedikit mengabaikan bahwa konon dana berasal dari pihak sekutu. Dan mencoba untuk melupakan bahwa ternyata tidak ada balasan dari Prancis sebab masyarakat Indonesia pernah larut dalam simpati penggunaan gradasi bendera Prancis kala ada serangan bom Paris.
Pada kesempatan kali ini saya akan membingkai dari kacamata psikologi mengenai beberapa hal yang luput dari perhatian khalayak masyarakat. Pertama, #KamiTidakTakut, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) yang sebenarnya tidak menghilangkan rasa takut itu sendiri. Rasa takut hanya ditekan dan dimunculkan dalam bentuk lain. Sebut saja maraknya meme yang berseliweran di media sosial; tukang sate, asongan, polisi ganteng, sarinah/suriah dan lain sebagainya.
Kedua, #KamiTidakTakut secara tidak sadar, justru menanamkan ketakutan. Bagaimana bisa? Otak kita tidak mengenal kata “tidak”. Misalnya saya meminta Anda untuk “tidak membayangkan gajah”. Apa yang tejadi? Anda justru membayangkan gajah. Mekanisme inilah yang kemudian yang lambat laun tertanam dalam bawah sadar. Akhirnya yang muncul adalah was-was terhadap orang-orang yang secara visual memiliki penampilan sama atau mirip pelaku bom. Beda ceritanya jika menggunakan kata “berani”.
Ketiga, #KamiTidakTakut mengandung ekspresi kurang simpatik terhadap korban ledakan bom, baik yang mengalami luka maupun meninggal. Kita mungkin bisa saja mengatakan tidak takut karena tidak mengalami secara langsung. Tapi bagaimana dengan saudara kita yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut? Traumatis atas suatu pengalaman adalah keniscayaan bagi mereka yang terjebak dalam pengalaman nan mencekam. Jika pernah melihat video amatir yang sempat diambil saksi mata tentu kita tidak menyaksikan situasi dan sorak sorai kegembiraan. Yang ada hanyalah jeritan, ekspresi kekhawatiran, dan penyebutan nama Tuhan Allah SWT seraya meminta perlindungan-Nya.
Keempat, #KamiTidakTakut justru berpotensi memicu munculnya aksi teror di kemudian hari, yang barangkali kualitas dan kuantitas terornya lebih dari ledakan bom Sarinah. Coba bayangkan dalam situasi chaos ada seseorang yang menyerang kita, lantas kita katakan padanya, oh saya tidak takut. Apa yang terjadi? Ada dua kemungkinan: seseorang tersebut akan mundur atau kembali menyerang. Pun, dalam situasi yang seperti ini kemungkinan besar adalah kembali menyerang. Tentu bukan perkara sedikit atau banyaknya korban, tetapi ini perkara kemanusiaan, khususnya nyawa manusia.
Sungguh, teror bom merupakan perbuatan yang sangat mendegradasi sisi kemanusiaan. Tidak bisa dibenarkan dari segi manapun. Biarlah polisi yang bertindak sebagaimana mestinnya; mencabut radikalisme hingga keakar-akarnya. Mencabut bibit-bibit teroris tidak hanya setelah tiba kejadian yang tidak diinginkan. Dan menebas terorisme bukan karena pesanan pihak-pihak tertentu dan berdasarkan agama tertentu.
Sebagai masyarakat patutlah kita tidak berlebihan yang mewujud dalam membuat dan menyebarkan gambar atau tulisan yang mungkin dianggap lucu tapi justru mengikis rasa simpati dan rasa syukur kita. Sebab yang dibutuhkan bukan keberanian menantang teoris bahwa kita tidak takut. Yang kita butuhkan adalah sikap yang senantiasa eling lan waspada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar