oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy*
A.
Pendekatan terhadap Kepribadian
Maslow mendasarkan
pendekatannya pada orang yang paling baik, sehat, dan matang dari
seluruh populasi manusia. Maslow meneliti pribadi-pribadi yang terkemuka, baik yang masih hidup
maupun yang telah meninggal. Maslow meneliti dengan bermacam teknik. Bagi yang
masih hidup, diterapkan teknik interview dan asosiasi
bebas. Sedangkan bagi yang sudah meninggal, diterapkan teknik analisis biografi
dan otobiografi. Hasilnya disimpulkan bahwa manusia dilahirkan dengan kebutuhan
instinktif. Kebutuhan ini mendorong seseorang bertumbuh kembang guna
mengaktualisasikan diri. Adapun aktualisasi diri tergantung pada kekuatan
individu dan sosial.
Maslow menjelaskan
bahwa orang yang mencapai aktualisasi diri hanya 1 % dari populasi masyarakat,
namun jika jumlah orang yang mencapai
keadaan ideal manusia lebih besar. Selanjutnya dijelaskan, meskipun
dapat dipengaruhi pengalaman masa lalunya, seseorang tetap dapat berubah,
bertumbuh, dan mencapai tingkat kesehatan psikologis yang tinggi.
B.
Dorongan Kepribadian yang Sehat
Manusia didorong
untuk mengaktualisasikan diri. Sebelum sampai kepada aktualisasi diri
(kebutuhan kelima yang paling tinggi), kebutuhan yang lebih rendah harus
dipuaskan. Sehingga syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan
kebutuhan fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta, serta penghargaan.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang terhadap
makanan, air, udara, tidur dan seks. Kebutuhan ini merupakan yang terkuat dari
semua kebutuhan. Apabila kebutuhan fisiologi terpenuhi maka dorongan
selanjutnya adalah kebutuhan rasa aman.
Kebutuhan rasa aman mencakup jaminan, stabilitas, perlidungan, ketertiban, dan
bebas dari ketakutan serta kecemasan. Manusia membutuhkan sesuatu yang bersifat
rutin dan dapat diramalkan. Berikutnya adalah kebutuhan memiliki dan mencintai, yaitu kebutuhan yang menggerakkan
untuk bergabung dalam kelompok dengan tujuan merasakan perasaan memiliki, dan
membangun hubungan akrab dengan tujuan memberi serta menerima cinta. Apabila
telah berhasil dengan memiliki dan mencintai, dorongan akan mengarah kepada kebutuhan pernghargaan; baik penghargaan
yang berasal dari orang lain maupun yang berasal dari diri sendiri. Penghargaan
yang berasal dari orang lain dapat didasarkan pada reputasi, kekaguman, status,
popularitas, prestise dan keberhasilan. Adapun penghargaan dari diri sendiri
didasarkan atas pengatahuan terhadap diri dan penilaian objektif (kebaikan
maupun kelemahan) yang pada akhirnya dapat merasa berharga, serasi dan
seimbang. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan aktualisasi diri, yakni
perkembangan tertinggi dan penggunaan semua bakat. Dengan kata lain, menjadi
individu yang sesaui menurut potensi yang dimiliki.
C.
Aktualisasi Diri
1.
Mengamati
Realitas Secara Efisien
Orang yang sangat
sehat memadang dunia secara objektif sebagaimana adanya dan tidak hanya yang
diinginkan atau dibutuhkan saja. Sebagai
bagian dari persepsi objektif, maka orang yang mencapai aktualisasi diri teliti
terhadap berbagai lini kehidupan dengan bersandar kepada apa yang dilihat,
tidak bergantung pada kebiasaan menurut orang-orang “yang paling baik”.
2.
Penerimaan
Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
Orang yang
mengaktualisasikan diri menerima diri baik kelemahan maupun kelebihan. Mereka
menerima apa adanya sesuai kodrat, sehingga tidak defensif melainkan menjadi
diri yang sebenarnya (tanpa topeng). Hal ini juga berlaku dalam menerima kodrat
orang lain. Orang yang mengaktualisasikan diri bisa merasa bersalah untuk
beberapa tingkah laku mereka apabila tidak sesuai antara kodrat dan bagaimana
seharusnya. Misalnya: kemalasan dan kesembronoaan.
3.
Spontanitas,
Kesederhanaan, Kewajaran
Orang yang
mengaktualisasikan diri bertingkah laku terbuka dan tanpa kebohongan, sehingga
emosi yang ditunjukkan adalah emosi yang jujur. Meskipun demikian ketika
ungkapan rasa yang wajar dan jujur tersebut tidak penting serta dapat menyakiti
orang lain maka pengungkapan tersebut tidak dilakukan.
4.
Fokus
pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang yang
mengaktualisasikan diri terlibat pada pekerjaan dengan dedikasi. Melalui
dedikasi pada pekerjaan, mereka dapat memenuhi meta kebutuhannya. Sehingga,
mereka kerja lebih keras daripada orang biasa.
5.
Kebutuhan
akan Privasi dan Independensi
Orang yang
mengaktualisasikan diri mempunyai kebutuhan untuk memisahkan diri. Namun bukan
berarti menjauh dari kontak manusia. Mereka tidak tergantung pada orang lain.
6.
Berfungsi
secara Otonom
Berfungsi
otonom erat kaitannya dengan kebutuhan privasi dan independensi. Mereka tidak
didorong oleh motif kekurangan, sehingga tidak tergantun pada dunia nyata untuk
kepuasan mereka karena pemuasan dari motif-motif pertumbuhan dari dalam diri. Perkembangan
mereka juga tergantung potensi dan sumber-sumber dari dalam diri. Kepribadian
yang sehat berdiri sendiri dan mempunyai tingkat otonomi yang tinggi. Mereka
bertahan dalam ketenangan di tengah masalah-masalah yang apabila dilihat oleh
orang yang tidak sehat sebagai suatu malapetaka.
7.
Apresiasi
yang Senantiasa Segar
Orang
yang mengaktualisasikan diri menghargai pengalaman yang dialami meskipun sering
mendapati pengalaman yang serupa. Mereka mempertahankan perasaan kagum dan
segar meskipun berada pada aktivitas yang berulang. Mereka menghargai
pengalaman senantiasa menyuskuri apa yang didapati dan dialami.
8.
Pengalaman-pengalaman
Mistik atau “Puncak”
Orang
yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona
yang hebat dan meluap-luap, misalnya pengalaman keagamaan yang mendalam. Maslow
mengatakan bahwa tidak semua pengalaman puncak sanat kuat, dapat juga
pengalaman-pengalaman ringan. Orang yang sehat lebih sering mengalami
pengalaman punca daripada orang biasa. Pengaktualisasi diri dibedakan menjadi
dua yaitu yang memiliki banyak puncak yang berintensitas kuat dan yang sedikit
dan ringan. Maslow menyebutnya sebagai peakers dan non peakers atau
transcenders dan nontranscenders.
9.
Minat
Sosial
Pengaktualisasi
diri mempunyai empati dan afeksi yang kuat terhadap sesama manusia,
serta mempunyai keinginan untuk berperan dala kemanusiaan. Mereka menyadari
baha mereka berfunsi pada suatu tingkat yang lebih tinggi. Mereka mencintai
kemanusiaan, seperti mencintai suadara-saudaranya.
10. Hubungan Antarpribadi
Pengaktualisasi
diri mempu menjalin hubungan interpersonal lebih baik daripada orang bisa. Mereka mampu
memiliki cinta yang lebih sempurna dengan individu lain. Cinta yang dirasakan
pengaktualisasi diri terhadap orang lain adalh suatu cinta khusus: Being-love
(B-love), yang berlawanan dengan Deficiency love (D-love) yang didorong oleh
kekurangan. Dalam B-love seseoran tidak mengalami kekurangan cinta sehingga
tidak mengharapkan cinta sebagai balasan.
11. Struktur Watak Demokratis
Orang
yang sehat membiarkan dan menerima orang tanpa memperhatikan kelas social,
tingkat pendidikan, golongan politis, ras dan agama. Mereka menyadari perbedaan
itu, namun tingkah laku yang ditunjukkan lebih dalam dari sekadar mentoleransi
perbedaan tersebut. Terhadap orang yang memiliki strata pendidikan yang di
bawah mereka tidak angkuh atau sombong, sebaliknya mereka sangat menaruh
hormat.
12. Perbedaan antara Sarana dan
Tujuan, antara Baik dan Buruk
Orang
yang mengaktualisasikan diri membedakan dengan jelas sarana dan tujuan. Bagi
mereka, sarana untuk mencapai tidak lebih penting daripada tujuan. Pengaktualisasi
diri juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.
Pengaktualisasi diri memiliki norma etis dan moral yang dirumuskan dengan baik
yang mereka pegang teguh dalam semua situasi.
13. Perasaan Humor yang Tidak
Menimbulkan Permusuhan
Orang
yang sehat sepenuhnya memiliki selera humor yang berbeda dengan orang biasa.
Humor pengatualisasi diri bersifat filosofis, humor yang menertawakan orang
pada umumnya. Humor bersifat instruktif, yaitu humor bijaksana yang memunculkan
senyuman dan anggukan tanda mengerti daripada sekadar gelak tawa yang keras.
14. Kreativitas
Kreativitas
adalah sifat yang diharapkan dimiliki oleh seorang pengaktualisasi diri.
Pengaktualisasi diri asli, inventif, dan inovatif. Kreativitas yang dimaksud di
sini tidak harus menghasilkan suatu karya seni sebagaiamana dihasilkan oleh
seniman. Dengan kata lain, kreativitas
yang dimaksud lebih merupakan sikap, ungkapan kesehatan psikologis, dan
mengenai cara bagaimana seseorang mengamati dan beraksi terhadap dunia.
15. Resistensi terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasi
diri berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh social,
serta bertidak dengancara tertentu. Mereka tidak terpengaruh oleh budaya dan
orang lain. Meskipun demikian bukan berarti mereka menentang kebudayaan. Mereka
tidak sengaja melangar aturan social untuk memperlihatkan independensi.
*Mata Kuliah Psikologi Positif TA
2014 Magister Psikologi UGM
Daftar Pustaka
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan: Model-model
kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar