Senin, 25 Januari 2016

Psikologi Kepribadian Maslow: Orang yang Mengaktualisasikan Diri






oleh Muhammad Zulfa Alfaruqy*


A.  Pendekatan terhadap Kepribadian
Maslow mendasarkan pendekatannya pada orang yang paling baik, sehat, dan matang dari seluruh populasi manusia. Maslow meneliti pribadi-pribadi yang terkemuka, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Maslow meneliti dengan bermacam teknik. Bagi yang masih hidup, diterapkan teknik interview dan asosiasi bebas. Sedangkan bagi yang sudah meninggal, diterapkan teknik analisis biografi dan otobiografi. Hasilnya disimpulkan bahwa manusia dilahirkan dengan kebutuhan instinktif. Kebutuhan ini mendorong seseorang bertumbuh kembang guna mengaktualisasikan diri. Adapun aktualisasi diri tergantung pada kekuatan individu dan sosial.
Maslow menjelaskan bahwa orang yang mencapai aktualisasi diri hanya 1 % dari populasi masyarakat, namun jika jumlah orang yang mencapai keadaan ideal manusia lebih besar. Selanjutnya dijelaskan, meskipun dapat dipengaruhi pengalaman masa lalunya, seseorang tetap dapat berubah, bertumbuh, dan mencapai tingkat kesehatan psikologis yang tinggi.

B.  Dorongan Kepribadian yang Sehat
Manusia didorong untuk mengaktualisasikan diri. Sebelum sampai kepada aktualisasi diri (kebutuhan kelima yang paling tinggi), kebutuhan yang lebih rendah harus dipuaskan. Sehingga syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta, serta penghargaan.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang terhadap makanan, air, udara, tidur dan seks. Kebutuhan ini merupakan yang terkuat dari semua kebutuhan. Apabila kebutuhan fisiologi terpenuhi maka dorongan selanjutnya adalah kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa aman mencakup jaminan, stabilitas, perlidungan, ketertiban, dan bebas dari ketakutan serta kecemasan. Manusia membutuhkan sesuatu yang bersifat rutin dan dapat diramalkan. Berikutnya adalah kebutuhan memiliki dan mencintai, yaitu kebutuhan yang menggerakkan untuk bergabung dalam kelompok dengan tujuan merasakan perasaan memiliki, dan membangun hubungan akrab dengan tujuan memberi serta menerima cinta. Apabila telah berhasil dengan memiliki dan mencintai, dorongan akan mengarah kepada kebutuhan pernghargaan; baik penghargaan yang berasal dari orang lain maupun yang berasal dari diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain dapat didasarkan pada reputasi, kekaguman, status, popularitas, prestise dan keberhasilan. Adapun penghargaan dari diri sendiri didasarkan atas pengatahuan terhadap diri dan penilaian objektif (kebaikan maupun kelemahan) yang pada akhirnya dapat merasa berharga, serasi dan seimbang. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan aktualisasi diri, yakni perkembangan tertinggi dan penggunaan semua bakat. Dengan kata lain, menjadi individu yang sesaui menurut potensi yang dimiliki.

C.  Aktualisasi Diri
1.    Mengamati Realitas Secara Efisien
Orang yang sangat sehat memadang dunia secara objektif sebagaimana adanya dan tidak hanya yang diinginkan atau dibutuhkan saja.  Sebagai bagian dari persepsi objektif, maka orang yang mencapai aktualisasi diri teliti terhadap berbagai lini kehidupan dengan bersandar kepada apa yang dilihat, tidak bergantung pada kebiasaan menurut orang-orang “yang paling baik”.
2.    Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri baik kelemahan maupun kelebihan. Mereka menerima apa adanya sesuai kodrat, sehingga tidak defensif melainkan menjadi diri yang sebenarnya (tanpa topeng). Hal ini juga berlaku dalam menerima kodrat orang lain. Orang yang mengaktualisasikan diri bisa merasa bersalah untuk beberapa tingkah laku mereka apabila tidak sesuai antara kodrat dan bagaimana seharusnya. Misalnya: kemalasan dan kesembronoaan.
3.    Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Orang yang mengaktualisasikan diri bertingkah laku terbuka dan tanpa kebohongan, sehingga emosi yang ditunjukkan adalah emosi yang jujur. Meskipun demikian ketika ungkapan rasa yang wajar dan jujur tersebut tidak penting serta dapat menyakiti orang lain maka pengungkapan tersebut tidak dilakukan.
4.    Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang yang mengaktualisasikan diri terlibat pada pekerjaan dengan dedikasi. Melalui dedikasi pada pekerjaan, mereka dapat memenuhi meta kebutuhannya. Sehingga, mereka kerja lebih keras daripada orang biasa.
5.    Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai kebutuhan untuk memisahkan diri. Namun bukan berarti menjauh dari kontak manusia. Mereka tidak tergantung pada orang lain.
6.    Berfungsi secara Otonom
Berfungsi otonom erat kaitannya dengan kebutuhan privasi dan independensi. Mereka tidak didorong oleh motif kekurangan, sehingga tidak tergantun pada dunia nyata untuk kepuasan mereka karena pemuasan dari motif-motif pertumbuhan dari dalam diri. Perkembangan mereka juga tergantung potensi dan sumber-sumber dari dalam diri. Kepribadian yang sehat berdiri sendiri dan mempunyai tingkat otonomi yang tinggi. Mereka bertahan dalam ketenangan di tengah masalah-masalah yang apabila dilihat oleh orang yang tidak sehat sebagai suatu malapetaka.
7.    Apresiasi yang Senantiasa Segar
Orang yang mengaktualisasikan diri menghargai pengalaman yang dialami meskipun sering mendapati pengalaman yang serupa. Mereka mempertahankan perasaan kagum dan segar meskipun berada pada aktivitas yang berulang. Mereka menghargai pengalaman senantiasa menyuskuri apa yang didapati dan dialami.
8.    Pengalaman-pengalaman Mistik atau “Puncak”
Orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, misalnya pengalaman keagamaan yang mendalam. Maslow mengatakan bahwa tidak semua pengalaman puncak sanat kuat, dapat juga pengalaman-pengalaman ringan. Orang yang sehat lebih sering mengalami pengalaman punca daripada orang biasa. Pengaktualisasi diri dibedakan menjadi dua yaitu yang memiliki banyak puncak yang berintensitas kuat dan yang sedikit dan ringan. Maslow menyebutnya sebagai peakers dan non peakers atau transcenders dan nontranscenders.
9.    Minat Sosial
Pengaktualisasi diri mempunyai empati dan afeksi yang kuat terhadap sesama manusia, serta mempunyai keinginan untuk berperan dala kemanusiaan. Mereka menyadari baha mereka berfunsi pada suatu tingkat yang lebih tinggi. Mereka mencintai kemanusiaan, seperti mencintai suadara-saudaranya.
10.  Hubungan Antarpribadi
Pengaktualisasi diri mempu menjalin hubungan interpersonal lebih baik daripada orang bisa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih sempurna dengan individu lain. Cinta yang dirasakan pengaktualisasi diri terhadap orang lain adalh suatu cinta khusus: Being-love (B-love), yang berlawanan dengan Deficiency love (D-love) yang didorong oleh kekurangan. Dalam B-love seseoran tidak mengalami kekurangan cinta sehingga tidak mengharapkan cinta sebagai balasan.
11.  Struktur Watak Demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima orang tanpa memperhatikan kelas social, tingkat pendidikan, golongan politis, ras dan agama. Mereka menyadari perbedaan itu, namun tingkah laku yang ditunjukkan lebih dalam dari sekadar mentoleransi perbedaan tersebut. Terhadap orang yang memiliki strata pendidikan yang di bawah mereka tidak angkuh atau sombong, sebaliknya mereka sangat menaruh hormat.
12.  Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk
Orang yang mengaktualisasikan diri membedakan dengan jelas sarana dan tujuan. Bagi mereka, sarana untuk mencapai tidak lebih penting daripada tujuan. Pengaktualisasi diri juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah. Pengaktualisasi diri memiliki norma etis dan moral yang dirumuskan dengan baik yang mereka pegang teguh dalam semua situasi.
13.  Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang yang sehat sepenuhnya memiliki selera humor yang berbeda dengan orang biasa. Humor pengatualisasi diri bersifat filosofis, humor yang menertawakan orang pada umumnya. Humor bersifat instruktif, yaitu humor bijaksana yang memunculkan senyuman dan anggukan tanda mengerti daripada sekadar gelak tawa yang keras.
14.  Kreativitas
Kreativitas adalah sifat yang diharapkan dimiliki oleh seorang pengaktualisasi diri. Pengaktualisasi diri asli, inventif, dan inovatif. Kreativitas yang dimaksud di sini tidak harus menghasilkan suatu karya seni sebagaiamana dihasilkan oleh seniman.  Dengan kata lain, kreativitas yang dimaksud lebih merupakan sikap, ungkapan kesehatan psikologis, dan mengenai cara bagaimana seseorang mengamati dan beraksi terhadap dunia.
15.  Resistensi terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasi diri berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh social, serta bertidak dengancara tertentu. Mereka tidak terpengaruh oleh budaya dan orang lain. Meskipun demikian bukan berarti mereka menentang kebudayaan. Mereka tidak sengaja melangar aturan social untuk memperlihatkan independensi.


*Mata Kuliah Psikologi Positif TA 2014 Magister Psikologi UGM


Daftar Pustaka
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan: Model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar