Selasa, 05 Januari 2016

Psikologi Keluarga: Parenting (Pengasuhan)


Masa menjadi orangtua adalah tahapan yang alamiah dalam kehidupan seseorang. Orang bisa menjadi orangtua dengan meniru atau menuruni dari cara orangtua mereka sebelumnya. Akan tetapi ternyata dalam mengasuh anak, diperlukan lebih dari sekedar menjadi orang tua, yaitu diperlukan pengetahuan dalam mendidik anak dan bagaimana apilkasinya di dalam kehidupan berkeluarga, atau disebut parenting (Defrain, Olson, dan Skogrand, 2011).

Definisi Parenting (Pengasuhan)
Pada tahun 1959, di Amerika mulai dikenal istilah parenting yang memiliki konotasi yang lebih aktif daripada parenthood dan telah menggeser istilah parenthood. Parenting termuat dalam kamus sejak 1959 yang merupakan sebuah kata benda yang berarti keberadaan atau tahap menjadi orangtua. Kemudian berubah menjadi kata kerja, yang berarti melakukan sesuatu pada anak seolah-olah orangtualah yang membuat anak menjadi manusia. Menurut kamus istilah psikologi sebagaimana tercantum dalam buku The Cambridge Dictionary of Psychology, parenting adalah segala tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam rangka melindungi, merawat, mengajari, mendisiplinkan dan memberi panduan.
Dengan pengertian yang demikian maka istilah dalam bahasa Indonesia yang paling sesuai adalah pengasuhan anak. Tugas orangtua bukan sekedar melahirkan dan membesarkan anak saja atau menjalani kewajiban menjadi orangtua bagi anak-anak mereka, akan tetapi melakukan serangkaian keputusan dalam tentang sosialisasi kepada anaknya. Tujuan universal mengasuh anak adalah: (1) menjamin kesehatan dan keselamatan fisik anak; (2) mengembangkan kapasitas perilaku untuk menjaga diri dalam perkembangan ekonomis; serta (3) pemenuhan kapasitas perilaku untuk memaksimalkan nilai-nilai budaya yang dianut (Lestari 2012).



Macam Gaya Pengasuhan
Defrai, Olson dan Skogrand (2011)
Sedangkan menurut Defrai, Olson dan Skogrand (2011) terdapat 5 jenis gaya pola asuh yang juga dihasilkan dari kombinasi dari dua aspek penting yaitu control orang tua (intensitas orang tua dalam mendisiplinkan anak) dan dukungan orang tua (intensitas kepedulian, kedekatan dan kasih sayang orang tua kepada anak), diantaranya:
a.    Democratic style. Adanya peraturan dan harapan yang jelas dengan diskusi dari keduanya. Dalam gaya ini terdapat keseimbangan antara kontrol dan dukungan orangtua. Gaya ini juga akan membentuk anak dengan emosional yang sehat dan mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan. Anak akan cenderung mandiri dan ceria.
b.    Authoritarian style. Orang tua menetapkan aturan yang kaku dan harapan yang ketat. Menuntut ketaatan anak. Gaya ini cenderung dengan dukungan yang sangat rendah dan kontrol yang tinggi sehingga cenderung menimbulkan ketidakbahagiaan dan membentuk anak mudah marah.  
c.    Permissive style. Orang tua jarang memaksa anak memenuhi standar mereka. Gaya ini tidak memiliki keseimbangan antara dukungan dan kontrol. Sehingga anak cenderung impulsif-agresif, sering memberontak, dan dominan.
d.    Rejecting style. Orang tua tidak perhatian dan jarang memiliki harapan terhadap anaknya. Sehingga anak akan cenderung tumbuh tanpa kedewasaam dan memiliki masalah secara psikologis.
e.    Uninvolved style. Orang tua tidak terlibat dalam pengasuhan anak dan membiarkannya yang penting tidak mengganggu kegiatan orangtua. Anak kurang memiliki dukungan emosi, sehingga cenderung penyendiri dan memiliki prestasi yang rendah.  

Lestari (2012)
Setiap orang tua memiliki gaya pola asuh sendiri-sendiri dalam mengasuh anak-anaknya. Terdapat berbagai pendapat mengenai gaya pola asuh. Terdapat 4 gaya pengasuhan yang diperoleh jika dilihat dari  aspek ketanggapan (penerimaan) dan kontrol (tuntutan), yakni pola asuh (Lestari, 2012):
a.    Otoriter. Yakni ketika penerimaan rendah dan tuntutan atau kontrol yang tinggi dari orang tua.  Akan banyak tuntutan dan aturan yang harus diikuti  tanpa penjelasan yang jelas dan kepatuhan anak merupakan nilai yang diutamakan serta akan memberikan hukuman jika terjadi pelanggaran. Orang tua menganggap anak merupakan tanggung jawabnya yang berarti segala yang dikehendaki merupakan kebenaran demi kebaikan anak. Sehingga cenderung kurang peka terhadap kebutuhan dan pemahaman anak.
b.    Permisif. Terjadi ketika penerimaan tinggi dan kotrol yang rendah. biasanya orang tua cenderung memberi banyak kebebasan pada anak dengan memaklumi segala perilaku dan tindakan anak namun kurang menuntut tanggung jawab anak. Orang tua akan menyediakan diri sebagai sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan anak tetapi membiarkan anak mengatur dirinya sendiri.
c.    Tak peduli. Ketika penerimaan rendah dan kontrol rendah. orang tua cenderung terlalu memberikan kebebasan pada anak dan tidak peduli juga terhadap kebutuhannya.
d.    Otoritatif. Yakni terjadi ketika terdapat penerimaan yang tinggi dan kontrol yang tinggi. Orang tua akan memberikan tuntutan yang masuk akal karena terdapat penjelasan terhadap maksud dari aturan-aturan yang diberlakukan. Terdapat juga penguatan yang konsisten dan disertai dengan kepekaan dan penerimaan terhadap anak. Orang tua akan cenderung mendorong anak mematuhi aturan dengan kesadaran diri. Sehingga orang tua akan menghargai kedirian anak dan kualitas kepribadian yang dimiliki sebagai keunikan pribadi.
Berdasarkan model pengasuhan tersebut dapat diasumsikan bahwa ketika anak dengan pola asuh otoritatif akan cenderung periang, memiliki rasa tanggung jawab sosial, percaya diri, memiliki orientasi prestasi dan lebih kooperatif. Anak dengan orang tua otoriter akan cenderung moody, kurang bahagia, mudah tersinggung, kurang memiliki tujuan, dan tidak bersahabat. Sedangkan anak dengan orang tua permisif cenderung impulsif, agresif, bossy, kurang kontrol diri, kurang mandiri, kurang memiliki orientasi prestasi (Lestari, 2012).


Muhammad Zulfa Alfaruqy


Daftar Pustaka
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Olson, D.H., DeFrein, J., dan Skogrand, L. (2011). Marriage & families: Intimacy, diversity, and strengths. Seventh edition. New York: Mc Graw-Hill.



1 komentar:

  1. Thanks infonya. Oiya ngomongin anak, orang tua miliareder Bill Gates ternyata punya cara tersendiri dalam mendidik buah hatinya tersebut, hingga akhirnya dia bisa sukses seperti sekarang ini. Sebagai orang tua, kamu bisa menconteknya loh. Begini cara mengasuhnya: Tips mengasuh anak agar bisa sukses seperti Bill Gates

    BalasHapus