Catatan Path
Zulfa Alfaruqy
Bagian 1
15 Januari 2016
"Indonesia tidak
takut" adalah bentuk mekanisme pertahanan diri. Disertai meme-meme tukang
sate dan asongan yang betebaran santai. Ada baiknya tidak berlebihan. Mengapa?
Tidakkah ini bentuk tantangan? Semoga pendapat ini salah, bahwa aksi yang
serupa (dan mungkin lebih besar) akan terulang kembali sebagai jawaban atas
tantangan tersebut. Indonesia eling lan waspada.
30 Januari 2016
Prof Sarlito (vs ?) Mas
Reza Indragiri. Siapa lebih jeli merekonstruksi serpihan kasus.
20 Februari 2016
Prostitusi artis tidak
akan berhenti, jika PSK (atau apapun istilah halus-kasarnya), masih dianggap
korban. Padahal lazimnya 70-75% hasil transaksi masuk ke artis, sedangkan
25-30% masuk mucikari, sudah termasuk fasilitas penunjang. Prostitusi di mata
hukum tak lain merupakan sebuah aktivitas perselingkuhan. Sanksi hanya moral. Kalau
bermucikari, mucikari menanggung pasal trafficking. Jadi, tidak mengherankan
jika praktik prostitusi ada dari dulu, sampai saat ini (atau mungkin jua
nanti).
29 Februari 2016
"Jangan
semata-mata mengejar sesuatu yang lebih besar tapi di depan mata belum
terselesaikan". Demikian kutipan nasihat mulia Jokowi kepada Ridwan Kamil.
Nasihat luar biasa sepanjang sejarah (kepresidenan) Indonesia.
Tampaknya penikmat psikologi
perlu mengkaji ulang teori kelompok, khususnya teori medan. Jika Lewin
mempelorinya dengan rumus B = f (P, E). Maka di Indonesia, telah terjadi
anomali. Rumus berubah menjadi E = f (P, B). Kasus ojek beraplikasi misalnya. Atau
baru-baru ini taksi. Bukan orang yang menyesuaikan lingkungan (dan aturannya).
15 Maret 2016
Kalau mengagumi Najwa
dalam bahasan tema seputar politik, berarti anda sedang mengagumi isi pikiran Surya
Paloh.
22 Maret 2016
Kasih plat kuning, uji
kir, dan bayar pajak. Lalu silakan beroperasi. Selesai. Aplikasi itu kemajuan. Keadilan
sosial itu peradaban. Hendak kemana kita akan berlayar? Berkemajuan atau
berperadaban? Keduanya atau bukan keduanya?
2 April 2016
Operasi tangkap tangan
KPK atas ketua komisi DPRD Jakarta merupakan contoh yang sempurna perilaku
korupsi pada konteks kelompok. Mustahil perilaku korup ini dilakukan secara
individu, mengingat pengambilan keputusan dalam sistem legislatif adalah
kolektif kolegial. Jika KPK berani, bersiaplah untuk melihat sejumlah
legislator ibu kota berduyun-duyun sibuk memantaskan diri dengan rompi orange
esok hari. Jika KPK tidak berani, bersiaplah menjadi skeptis dengan literasi
group decision-making saat adzan subuh. Reklamasi pantai utara Jakarta. No free
lunch.
Saat negara lain
merespons cepat, Indonesia masih "pelajari dulu". Barangkali ini
ikhwal memori kolektif "tau-sama-tau". Satu diusut, semua kusut.
#panamapapers. Belum ada penelitian, memori kolektif semacam ini jejak
traumatis massal akibat penjajahan belanda, atau memang dari leluhur proto
melayu (austronesia) 1500 SM.
Bagian 2
22 Januari 2016
Di belakang orang yang
sukses terdapat (para)mantan yang hebat. Maka, keduanya adalah orang yang
berhasil menjalankan perannya masing-masing
Mantan ada 2 jenis.
Pertama, mantan yang (akan) berakhir di pelaminan dan kedua, mantan yang
berakhir dengan lambaian tangan. (Abaikan jenis pseudo-mantan; yang ngaku
mantan dan diaku mantan). Mantan jenis pertama berperan membersamai kesuksesan.
Mantan jenis kedua berperan melecut kesuksesan; boleh merajam hati, tapi
pantang kepak tak meninggi. Sama-sama motivasi ekstern kesuksesan, tapi beda
kontribusi social support nya.
14 Februari 2016
Barangkali pertanyaan
juga menganut asas historisitas, di mana sebuah pertanyaan (abstrak) mempunyai
perbedaan makna terkait konsteks waktu dan medium sosial. (Apa) makna
pertanyaan, "kapan nyusul?", di usiamu sekarang (?)
14 Februari 2016
Percayalah, di
Indonesia, "A" adalah huruf terfavorit untuk memulai sebuah nama.
2 Maret 2016
Kau tau sejak pertama
bertemu, sampai kau jadi milikku.
22 Maret 2016
Harapan dan manifestasi
bertahan hidup, hanya menyediakan dua pilihan relasi: kooperasi atau kompetisi.
Apapun motivasinya. (Mem-postulat teori relasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar