Sabtu, 21 Mei 2016

Psyframe: Mudanesia 7



Catatan dinding facebook Alfaruqy M. Zulfa



11 April 2016
Negeri Tipu-Tipu

Masyarakat kelas bawah, ibarat main, ini kalah banyak. Jangan harap perumahan elit juga dapat perlakuan sama. Masih percaya kontrak politik?

Fenomana kepemimpinan tipu-tipu masih menjadi primadona. Tapi anehnya dipilih juga. Aneh kan. Memang begini. Calon pemimpinnya hobi tipu-tipu, (sebagian besar?) masyarakatnya juga senang ditipu.

Pertanyaannya yang menarik untuk setiap gelaran pilkada, hobi tipu-tipu dan kesenangan untuk ditipu ini berulang lagi atau tidak? Kalau berulang yawes. berarti . . .



11 April 2016
TERUSIR!

Dulu saya simpatik dengan Jakarta Baru ala Jokowi-Basuki. Penawaran gaya kepemimpinan merakyat yang memanusiakan manusia. Memprototipe kepemimpinan santun ("wong") Solo untuk diaplikasikan di Ibu Kota. Tapi bergulirnya waktu banyak penyimpangan "janji". Dari kebohongan satu ke kebohongan yang lain. Dan kini tampak transformasi besar berupa gaya kepemimpinan yang otoriter-kapitalis.

Sama-sama buka peta rencana tata ruang wilayah kota, adakah hunian elite yang digusur? Tidak! Malah disediakan 17 pulau, yang mustahil terjangkau kantong proletar. Disediakan rusun yang jarak lokasinya jauh dari pekerjaan sama juga mematikan pekerjaan itu sendiri. Rusun ini tidak gratis, tapi bayar. Tidak kuat bayar rusun dan diusir lagi!

"dan kamilah yang terusir dari tanah kami sendiri"
- - - - - - - -
Maaf. Karena bukan kader partai, jadi perubahan persepsi terhadap aktor politik tergantung dari perilakunya. Bukan dari partainya.



30 April 2016
Ramai-ramai Jadi Alay Kampus

Acara mata najwa masuk kampus, kalau sudah bahas politik, jadi misi pihak (partai?) tertentu untuk ajang kampanye di civitas akademika. Mahasiswa ramai-ramai menjadi "alay" layaknya acara-acara televisi lain. Tepuk tangan, riuh ketidaksetujuan, dan riuh persetujuan dikoordinasi.

Kampusmu, kampus alay?



14 Mei 2016
Senja di Teras Kampus

“Kampus kerakyatan katanya. Tapi biaya semeninggi langit, Yah.”
“Iya, Nak. Karena tidak semua rakyat itu miskin! Ayah akan jual sepetak tanah di belakang rumah. Semoga cukup untuk masuk kampus ini. Berharap kau akan jadi orang pintar, Nak. Kau tak boleh kerdil. Tenanglah, keringat ayah masih deras untuk diperas.”
“Tapi sisakan air mata ayah untukku.”

Sang ayah tersenyum. dipeluknya anak itu, sambil berjalan pulang menyusuri jalanan.



16 Mei 2016
Neo Palu-Arit

Dua tahun yang lalu, saat pilpres, media sosial ramai membincangkan jikalau salah satu pasangan yang menang maka neo-PKI akan berani menampakkan eksistensinya. Benar saja, pasangan yang dimaksud menang. Saya tidak sedang berfantasi untuk menguji korelasinya. Yang pasti sekarang keberadaan neo-PKI semakin nyata. Berani. Dari wajah-wajahnya neo-PKI ini generasi 80-an dan 90-an yang sudah pasti tidak bersinggunggan secara langsung dengan "perjuangan" paleo palu-arit. Inilah reinkarnasi, kelahiran baru ketidaksadaran yang lama dikubur.

Setiap bangsa memilih peradabannya sendiri, memilih sejarah dan siklus-sejarahnya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar