MEMAHAMI
AUTIS:
Potret Autisme Dari Sudut
Pandang Masyarakat
Muhammad Zulfa Alfaruqy, Sofia
Nuryanti, Lisa Ardaniyati, Irmanda Saroinsong
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada
ABSTRAK
Autis
adalah keniscayaan dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dengan budaya
masing-masing mempunyai kekhasan
dalam menyikapi fenomena
autis. Hal tersebut menyemai
beragam pandangan. Penelitian
bertujuan untuk menggali pandangan masyarakat mengenai autis dan intervensi
yang ada dalam budaya masyarakat. Penelitian menggunakan metode kuantitatif statistik
deskriptif dan kualitatif fenomenologis. Pengumpulan data kuatitatif dilakukan
dengan kuesioner terbuka, sedangkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara.
80 orang (57,5% berasal dari Jawa Tengah) berpartisipasi dalam penggalian data
kuantitatif, 2 orang turut dalam penggalian data kualitatif. Hasil menunjukkan
bahwa autis dipersepsi
sebagai gangguan perkembangan syaraf yang mengakibatkan sulit berkomunikasi, kontrol
emosi dan motorik. Seorang autis yang tampak seperti
mempunyai dunia sendiri dianggap memiliki kebutuhan khusus dan berbeda dengan
orang normal. Beberapa istilah digunakan untuk menyebut autis antara lain gila,
idiot, jogang, ayan, beleng-beleng, bodo, weo, dan sinting. Masyarakat
meyakini autis disebabkan
karena gangguan saat ibu hamil, keturunan
dan genetis, pengaruh mistis seperti roh halus, kutukan, dan dosa orang tua,
lingkungan yang tidak mendukung perkembangan komunikasi anak, bawaan lahir serta
penikahan sedarah. Berbagai intervensi berbasis budaya digunakan untuk penanganan autis, misalnya mempercayakan
ke dukun dan ahli agama, ritual tertentu, obat alternatif, pemberian asupan gizi, pembiasaan
komunikasi, terapi wicara, terapi pijat dan pasung. 27% partisipan menilai
bahwa intervensi berbasis budaya efektif, 5% menilai cukup efektif, 10% menilai
kurang efektif, 35% menilai
tidak efektif, dan sisanya tidak tahu.
Kata kunci : autis, masyarakat, budaya, intervensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar