Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Keluarga adalah hulu bagi kemajuan peradaban suatu
bangsa. Keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat, menjadi tempaan
pertama bagi lahirnya generasi pembaharu. Keluarga berkontribusi nyata terhadap
kemunculan sosok pemimpin dan teladan di setiap masa untuk kaumnya.
Soekarno (1901-1970), misalnya. Ia ialah satu
dari sekian banyak putra bangsa yang mencusuar berkat sepak terjang dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di bawah asuhan Raden Soekemi
Sosrodihardjo ‘sang ayah’ dan Ida Ayu Nyoman Rai ‘sang Ibu’, Soekarno kecil
tumbuh mandiri. Menjelang masa remaja ia menetap di pondok kediaman H. O. S.
Tjokroaminoto untuk menimba ilmu di Hoogere
Burger School (HBS) Surabaya sekaligus mengasah kemampuannya dalam
berorganisasi.
Contoh lain ialah Nabi Muhammad (571-632).
Muhammad merupakan tokoh dunia yang membawa cahaya bagi peradaban dunia. Michael
Hart dalam buku The 100, menempatkannya
di urutan pertama. Bagaimana Muhammad kecil? Ya. Karena Abdullah, ‘sang ayah’,
sudah meninggal ketika masih dalam kandungan, ia tumbuh di bawah asuhan ibu,
kakek, dan paman. Ia yang menjadi penggembala dan pedagang, tumbuh dewasa sebagai
pribadi yang berakhlak mulia.
Esensi Keluarga
Friedman
(1998) mengartikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang sebagai bagian dari keluarga. Keluarga memegang fungsi
afektif, reproduksi, ekonomi, dan sosialisasi.
Fungsi
afektif terkait dengan pemenuhan kasih sayang dan kebutuhan psikologis. Fungsi
reproduksi terkait pelanjutan keturunan. Fungsi ekonomi terkait pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, seperti makan dan minum. Sedangkan fungsi sosialisasi terkait
penanaman nilai dan norma dalam suatu budaya.
Keluarga
memegang andil yang luar biasa bagi tumbuh kembang anak. Pasalnya pola asuh
keluarga berpengaruh terhadap kepribadian anak. Seorang psikonalisis, Sigmund Freud,
percaya bahwa masa lalu (ketika masih anak-anak) mempengaruhi seseorang di masa
kini dan nanti. Adapun Bandura dengan aliran behavior meyakini bila perilaku
merupakan modeling pada seorang figur, tak terkecuali dalam hal ini anak yang
modeling pada keluarga.
Bagaimana dengan “keterpurukan” pemimpin kita
kini? Jawabannya pun sama. Keluarga memegang peran yang penting dalam penanaman
pondasi kepribadian mereka. Meski pada perjalanannya juga dipengaruhi oleh
masyarakat dan sistem. Jadi, sebaik apapun asuhan keluarga, bila tidak
diimbangi oleh asuhan masyarakat dan sistem, maka hasilnya juga akan (cenderung)
nihil.
Generasi
Pembaharu
Generasi pembaharu sangat dinanti di tengah
gonjang-ganjing keindonesiaan kita. Generasi itu diharapkan membawa perubahan
sekaligus perbaikan yang nyata di semua lini. Generasi itu juga diharapkan mampu
memimpin bangsa ini dengan kearifan dan kejujuran.
Lantas bagaimana ikhtiar kita menghadirkan
generasi tersebut? Yang pasti generasi itu tidak datang tiba-tiba. Mereka tak
lahir secara instan, tetapi lahir, dibesarkan dan dididik dengan kasih sayang.
Mereka harus dibuai dengan nilai-nilai luhur yang mengakar budaya. Mereka mesti
diajarkan perihal kecintaan pada negara (nasionalisme). Dan pangkal dari perwujudan
cita-cita mulia ini berawal dari keluarga.
Keluarga yang mengalun indah menempatkan
rumah sebagai surga (baiti jannati). Artinya
di dalam rumah terdapat keluarga yang saling mendamaikan hati. Terdapat pula
hubungan hangat penuh harmoni antara orangtua dan putra-putrinya. Sehingga
proses transfer nilai-nilai kultur maupun religius dapat berlangsung dengan
baik.
Maka kembali kita pertegas bahwa kedudukan
keluarga sangat penting, bahkan sampai (jauh) menyangkut perbaikan suatu
bangsa. John Locke pernah berkata bahwa seseorang yang lahir itu ibarat kertas
putih, lingkunganlah yang memberikan warna terhadapnya.
Sungguh, terkait generasi pembaharu adalah
tanggungjawab bersama. Sinergi antara elemen-elemen, mempermudah kinerja sebuah
keluarga. Tak ada yang tak mungkin, bila kita terus berusaha. Semoga ada jalan
bagi peradaban bangsa. Dari keluarga untuk Indonesia Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar