DAYA TARIK PEMIMPIN:
Apa yang Membuat Follower Mengikuti Sang Pemimpin?
Muhammad
Zulfa Alfaruqy, Anindra Guspa, Rahadian Yudhistira, Azolla Silviani
Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Penelitian
berangkat dari kenyataan bahwa organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan
sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan
tinggi. Di dalam sebuah organisasi, apapun itu, pemimpin mempunyai peran
sentral dalam menentukan arah dan perkembangan organisasi. Tujuan penelitian
adalah memahami makna kepemimpian dan dinamika organisasi dari sudut pandang seorang pemimpin organisasi kemahasiswaan. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan kuesioner terbuka, sedangkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara. 52 orang berpartisipasi dalam penggalian data kuantitatif, 3 di antaranya turut dalam penggalian data kualitatif. Hasil penelitian utuh kami yang berjudul “Memahami Kepemimpinan: Sebuah
Eksplorasi Dari Sudut Pandang Organisasi Kemahasiswaan ditemukan ada 9 tema. Satu
di antara tema tersebut menjelaskan tentang apa yang membuat follower atau
anggota mengkuti sang pemimpin. Hasil menunjukkan bahwa 26 partisipan (50%)
mengatakan bahwa diikuti karena keahlian/kemampuan, 12 partisipan (23%) karena
memberikan penghargaan kepada anggota, 11 partisipan (21%) karena
kewenangannya, dan 3 partisipan (6%)
karena kekaguman anggota terhadapnya.
Kata kunci: kepemimpinan, organisasi
kemahasiswaan
PENDALAMAN
Angka-angka
tersebut di atas kemudian kami tanyakan secara lebih mendalam. Apresiasi pada keahlian dapat dibagi menjadi 3 kategori. Pertama,
pemimpin dipandang expert di
bidangnya. Meskipun dipandang expert,
pemimpin masih saling belajar bersama dengan anggota-anggotanya. Dari sinilah
muncul kemampuan kolektif, yang pada gilirannya mempu mengembangkan tanggung
jawab anggota. Kedua, memiliki bukti pencapaian. Berbeda pada kategori pertama,
pada kategori ini tidak disebutkan adanya saling belajar. Karena ada bukti
pencapaian, maka anggota terinspirasi, termotivasi dan menjadikan sosok
pemimpin sebagai contoh. Ketiga, kemampuan mengelola organisasi. Kemampuan
mengelola organisasi membuat anggota merasa nyaman dan loyal pada pemimpin.
Penghargaan
yang diberikan oleh pemimpin juga mampu membuat anggota nyaman dan melaksanakan
tugas serta tanggungjawab yang diberikan. Hal tersebut ditambah dengan adanya
sikap saling menghargai antara pemimpin dan anggota. Tema yang lain adalah kewenangan. Anggota menyadari bahwa pemimpin memang
memiliki kewenangan yang lebih dibanding anggota lain. Pemimpin memiliki
kewenangan untuk membuat aturan dan menyelaraskan organisasi. Salah satu
partisipan digali secara lebih dalam dan mengatakan sebagai berikut:
“Sepengalamanku,
mereka lebih ke wewenang. Kenapa? Kalau keahlian saja nggak cukup. Oke kita
bisa ini, bisa itu. Tapi itu justru yang buat mereka mengandalkan saya, yawes
kamu aja, yang bla, bla, bla. Tapi apa iya mau kerja sendiri? Nggak to? Makanya
pakailah kewenangan. Supaya jelas. Bisa minta anggota untuk melaksanakan apa
yang harus meraka lakukan.” (Partisipan C, 45-55)
Adapun yang
terakhir ialah kekaguman. Kekaguman terfokus
pada kekaguman pada pengalaman yang dimiliki pemimpin dan perhatian yang
diberikan kepada anggota.
merupakan penelitian dari kelas yang diampu oleh Bapak Fathul Himam, MA. Ph.D